Peneliti Sebut Wanita di Bawah 40 Tahun Lebih Rentan Alami Anosmia, Gejala Baru COVID-19

 Para pakar menciptakan kalau wanita muda mempunyai mungkin lebih besar mengidap indikasi baru dari virus corona ialah anosmia.

Mereka menciptakan kalau perempuan berumur 30- an serta 40 tahun memberi tahu kehabisan indra penciuman serta perasa, lebih kerap daripada yang lain.

Perihal tersebut terjalin kala kehabisan indera perasa serta penciuman masuk kedalam indikasi virus corona secara formal.

Dilansir dari halaman The Sun, bersumber pada panduan baru yang keluar dari kepala petugas kedokteran Inggris( NHS), mereka yang mengidap anosmia yang ialah nama klinis dari kehabisan indera penciuman ataupun perasa wajib mengasingkan diri sepanjang 7 hari.

Hingga saat ini, cuma orang- orang dengan demam serta batuk terus menerus yang dimohon buat mengisolasi diri serta diizinkan buat dites di Inggris.

Tetapi, saat ini mereka yang kehabisan indera perasa serta penciuman dapat memperoleh pengecekan virus corona.

Menjawab laporan anekdotal dini orang kehabisan indera penciuman ataupun rasa, hingga setelah itu survei international diluncurkan.

Para pakar dari Global Consortium fot Chemosensory Research( GCCR) berkata kalau mereka kaget menciptakan kalau lebih banyak perempuan berumur 30 serta 40 tahun yang memberi tahu indikasi tersebut.

" Kami mengumpulkan informasi tentang COVID- 19 dari orang- orang di 50 negeri di segala dunia, serta itu seluruh menunjuk pada kenyataan kalau kehabisan penciuman merupakan indikasi," ucap ahli penciuman profesor Carl Philpott dari University of East Anglia, Inggris serta salah satu anggota periset.

Dia pula mengatakan kalau mereka sudah menciptakan kalau perihal tersebut sudah mempengaruhi sebagian demografi, semacam perempuan berumur 30- an serta 40- an.

" Ini berbeda dengan apa yang umumnya kita amati kala orang tiba dengan anosmia yang diiringi dengan virus yang cenderung terletak dalam kelompok umur yang lebih tua, lebih universal berumur 60- an serta 70- an," tuturnya.

Dalam riset serta dari banyak pusat lain menampilkan kalau untuk sebagian orang, itu dapat jadi salah satunya indikasi ataupun diiringi serta mendahului indikasi ringan yang lain.

Profesor Philpott menyongsong realitas kalau indikasi tersebut saat ini sudah ditambahkan ke catatan formal.

Tetapi, menampilkan kalau jauh lebih lelet dari rekan- rekan Eropa yang lain serta paling tidak 2 minggu sehabis World Health Organization meningkatkannya di dalam catatan mereka.

Timnya berharap kalau orang hendak terus mengambil bagian dari survei mereka supaya bisa mengumpulkan lebih banyak fakta menimpa prevalensi virus dalam populasi.

" Bila lumayan banyak orang yang bisa berikan ketahui kami tentang kehabisan bau ataupun rasa yang seketika, ini hendak membagikan petunjuk berarti yang bisa jadi bagian dari cerita tentang prevalensi virus dalam populasi- informasi yang bisa diambil pemerintah saat sebelum pengujian antibodi massal ada," ucap Profesor Barry Smith, dari University of London serta pemimpin Inggris buat GCCR.

Wakil kepala petugas kesehatan Inggris, profesor Jonathan Van- Tam, berkata kalau langkah itu mengartikan permasalahan di mana orang yang mempunyai indikasi saat ini bertambah jadi 94 persen.

Itu terjalin sehabis suatu riset yang dipandu oleh Profesor Regu Spector dari Kings College London menciptakan kalau 59 persen penderita positif COVID- 19 memberi tahu kehabisan bau serta rasa, dibanding dengan cuma 18 persen dari mereka yang dites negatif buat penyakit ini.

Hasil ini jauh lebih kokoh dalam memprediksi bila seorang mempunyai virus corona daripada bila mereka memberi tahu demam.

Organisasi Kesehatan Dunia( World Health Organization) mencatat hilangnya bau serta rasa bagaikan indikasi yang kurang universal sebagian minggu kemudian serta negara- negara lain, tercantum Amerika Serikat, sudah meningkatkan indikasi tersebut.

Terlepas dari peringatan ini, Profesor Van- Tam berkata pada 3 April 2020 kemudian kalau Kelompok Penasihat Ancaman Virus Pernafasan Baru serta Tumbuh( Nervtag) sudah memandang permasalahan ini serta merumuskan kalau hilangnya bau ataupun rasa tidak boleh ditambahkan ke catatan indikasi di Inggris.

Tetapi pada hari Senin 18 Mei 2020 kemarin, pedoman itu diganti, dengan Profesor Van- Tam berkata para penasihat butuh memandang permasalahan ini secara rinci.

Ia berkata para ilmuwan wajib bekerja dengan sangat hati- hati gimana hilangnya rasa ataupun bau dalam menghitung permasalahan serta di mana dalam ekspedisi sesuatu penyakit indikasi bisa jadi terjalin. 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Memahami Strategi Shuffle Tracking Dalam Pemainan Blackjack Online

AonQQ Situs Agen PKV Games Terpercaya